Pada tanggal 16-17 september 2017 kemarin, Institut Aikido Indonesia (IAI) mengadakan Seminar Aikido sekaligus Ujian Kenaikan Tingkat Yudansha di gedung Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta, Indonesia. Tahun ini IAI mengundang Tomohiro Mori Shihan (Dan 6 Aikikai) dari Aikikai Honbu Dojo (Dojo Pusat) di Tokyo, Jepang sebagai pengisi materi seminar dan penguji.
Untuk mengikuti acara ini, saya nyoba berangkat naik kereta Gumarang dari Stasiun Pasar Turi di Surabaya ke Stasiun Pasar Senen di Jakarta mumpung dapet harga promo ?
Karena saya sudah tiba di Jakarta pada hari sabtu pagi, maka saya bisa mengikuti acara ini selama 2 hari full. Acara kali ini dibagi jadi 3 sesi seminar dan 1 sesi ujian. Acara hari pertama (Sabtu, 16 September 2017) berisi 2 sesi latihan bersama Shihan mulai dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore (istirahat makan siang 90 menit). Di hari kedua (Minggu, 17 September 2017) sesi latihan bersama mulai dari jam 9 pagi sampai jam 11 siang, istirahat 2 jam, lalu dilanjutkan dengan sesi Ujian sampai selesai jam 5.30 sore.
Peserta Ujian Kenaikan Tingkat Yudansha (sabuk hitam) kali ini cukup banyak, yaitu 62 orang. Lengkap mulai dari yang ujian ke Dan 1, Dan 2, Dan 3, dan Dan 4.
Materi seminar yang disampaikan oleh Mori Shihan kali ini lebih banyak menekankan pada pentingnya posisi kaki dan posisi badan yang baik dan benar dalam melakukan kuda-kuda Aikido yang biasa disebut ‘hanmi’. Berikut ini beberapa poin penting yang berhasil saya tangkap dari penjelasan Shihan:
- dalam melakukan serangan dalam bentuk tangkapan (katatedori, morotedori, ryotedori, dll), tangan Uke dari jari sampai telapak tangan harus sepenuhnya menempel dengan tangan Tori/Nage, tidak boleh ada celah antara telapak tangan Uke dengan tangan Tori/Nage.
- ketika melakukan serangan dalam bentuk tangkapan, siku Uke tidak boleh kaku.
- posisi badan dari pinggang ke atas harus selalu tegak lurus, tidak condong ke depan maupun ke belakang, baik ketika berdiri diam maupun bergerak.
- sebisa mungkin badan selalu mengarah ke lawan.
- kedua kaki harus sejajar.
- kaki yang di depan harus mengarah ke luar, bukan ke dalam, minimal lurus ke depan.
- sudut antara kaki depan dengan kaki belakang kira-kira 90° (dikira2 aja, ga usa diukur pake penggaris busur ?)
jadi untuk kuda-kuda hanmi nanti arah kaki nya seperti ini:
[ngg_images source=”galleries” container_ids=”5″ display_type=”photocrati-nextgen_basic_thumbnails” override_thumbnail_settings=”0″ thumbnail_width=”240″ thumbnail_height=”160″ thumbnail_crop=”1″ images_per_page=”20″ number_of_columns=”0″ ajax_pagination=”0″ show_all_in_lightbox=”0″ use_imagebrowser_effect=”0″ show_slideshow_link=”1″ slideshow_link_text=”kuda-kuda hanmi” order_by=”sortorder” order_direction=”ASC” returns=”included” maximum_entity_count=”500″][ngg_images source=”galleries” container_ids=”4″ sortorder=”23,21,22,24,25,26,27″ display_type=”photocrati-nextgen_basic_thumbnails” override_thumbnail_settings=”0″ thumbnail_width=”240″ thumbnail_height=”160″ thumbnail_crop=”1″ images_per_page=”20″ number_of_columns=”0″ ajax_pagination=”0″ show_all_in_lightbox=”0″ use_imagebrowser_effect=”0″ show_slideshow_link=”1″ slideshow_link_text=”Galeri Foto (by Institut Aikido Indonesia)” order_by=”sortorder” order_direction=”ASC” returns=”included” maximum_entity_count=”500″]